Dan...Semua Sungai di Dunia yang Bersihkan AHOK
SUARAMEDAN.com - Luar biasa memang upaya Ahok untuk mendongkrak-dongkrak diri di tengah merosotnya elektabilitas dia terkait Pilgub Jakarta. Dengan cara culas sekalipun.
Kemarin saya di-tagging oleh seorang kawan perihal keywords "Sungai di Jakarta bersih karena Foke", yang membawa return (hasil pencarian) "Sungai di Jakarta bersih karena Ahok". Bahkan, masih pada tahap sumbang-saran (suggestion) dari mesin pencari Google sekali pun, nama "Ahok" sudah ditawarkan oleh si mesin sebagai pengganti kata "Foke". Sebelum kita menekan "enter" atau ikon "search", kata "Ahok" sudah disarankan mengganti "Foke".
Saya senyam-senyum saja. Ada banyak cara untuk membuat mesin (termasuk mesin pencari seperti google) berkelakuan "menurut skenario" yang diinginkan. Pada dasarnya, mesin memang begitu, yaitu: bekerja menurut arahan. Ambil contoh mesin mobil. Katakanlah mobil metik. Kita hidupkan mesin dia bergerak majuu. Kita gas tambah laju geraknya, kita rem dia melambat, semakin direm semakin lambat, bahkan berhenti. Kita gas lalu lepas lalu gas lalu lepas lalu gas, kita ndut-ndutan.
Kalau mesin google, dia bekerja berdasar algoritma (mirip skenario) yang dibangun perancangnya. Nah, sadar atau tidak, saat kita memasang, mempublikasi, atau menaruh apa saja di jagad internet, maka mesin google akan mengolahnya sedemikian rupa berdasar "skenario" kerjanya, lalu bersiap memampilkan hasil cari dan sebelumnya ada sumbang-saran.
"Skenario" Google ini tentu saja terbaca dengan mudah oleh para marketer. Orang mencari cara agar informasi "buatan"nya tampil dominan apabila dicari via Google. Muncullah berbagai trik optimasi. Anda mungkin pernah dengar istilah "SEO"? Itu kependekan dari Search Engine Optimation. SEO menganjurkan berbagai cara agar material kita di internet tampil dominan di mesin pencari. Utamanya tampil pada halaman pertama, bahkan kalau bisa di urutan pertama saat dicari. Plus, sumbang-saran dari si mesin menampilkan material kita.
Nah, ke "Sungai di Jakarta bersih karena Foke", yang menghasilkan return nama Ahok, bahkan sumbang-saran ke kata "Ahok". Itu sangat terasa sebagai hasil dari trik optimasi pencarian. Pasti ada yang membangun "skenario" di jagad internet, sehingga apabila diketik "Sungai di Jakarta bersih karena Foke" maka kata "Foke" akan disarankan menjadi kata "Ahok". Hasil carinya juga demikian.
Kuncinya, untaian kata (yang membentuk kalimat) "Sungai di Jakarta bersih karena Foke" itu harus utuh. Dengan demikian, saran dan hasil yang dimunculkan mesin Google adalah "Ahok". Cobalah ganti kata "Foke" dengan, sebagai contoh, Ridwan Kamil, atau Risma, atau Donald Trump, atau Vladimir Putin. Maka, kecil kemungkinan saran yang muncul mengarah ke kata "Ahok".
Lucunya, akibat dari "skenario" culas itu, apabila kata "Jakarta" kita ganti menjadi "Surabaya", atau "Bandung", atau "New York City", atau "London", maka saran dan hasil akan mengarah ke "Ahok". Luar biasa... Semua sungai di kota lain pun (jika kota itu ada sungainya), maka bersihnya sungai itu semua karena Ahok. Coba ganti kata "di Jakarta" menjadi nama sungai langsung. Maka, nama Ahok -lah yang muncul sebagai saran dan hasil. Sungai Nil, Yang Tze, Thames, Hudson, Gangga, bahkan Amazon, semuanya bersih karena Ahok. Culas, bukan?
Facebook : Canny Watae
Kemarin saya di-tagging oleh seorang kawan perihal keywords "Sungai di Jakarta bersih karena Foke", yang membawa return (hasil pencarian) "Sungai di Jakarta bersih karena Ahok". Bahkan, masih pada tahap sumbang-saran (suggestion) dari mesin pencari Google sekali pun, nama "Ahok" sudah ditawarkan oleh si mesin sebagai pengganti kata "Foke". Sebelum kita menekan "enter" atau ikon "search", kata "Ahok" sudah disarankan mengganti "Foke".
Saya senyam-senyum saja. Ada banyak cara untuk membuat mesin (termasuk mesin pencari seperti google) berkelakuan "menurut skenario" yang diinginkan. Pada dasarnya, mesin memang begitu, yaitu: bekerja menurut arahan. Ambil contoh mesin mobil. Katakanlah mobil metik. Kita hidupkan mesin dia bergerak majuu. Kita gas tambah laju geraknya, kita rem dia melambat, semakin direm semakin lambat, bahkan berhenti. Kita gas lalu lepas lalu gas lalu lepas lalu gas, kita ndut-ndutan.
Kalau mesin google, dia bekerja berdasar algoritma (mirip skenario) yang dibangun perancangnya. Nah, sadar atau tidak, saat kita memasang, mempublikasi, atau menaruh apa saja di jagad internet, maka mesin google akan mengolahnya sedemikian rupa berdasar "skenario" kerjanya, lalu bersiap memampilkan hasil cari dan sebelumnya ada sumbang-saran.
"Skenario" Google ini tentu saja terbaca dengan mudah oleh para marketer. Orang mencari cara agar informasi "buatan"nya tampil dominan apabila dicari via Google. Muncullah berbagai trik optimasi. Anda mungkin pernah dengar istilah "SEO"? Itu kependekan dari Search Engine Optimation. SEO menganjurkan berbagai cara agar material kita di internet tampil dominan di mesin pencari. Utamanya tampil pada halaman pertama, bahkan kalau bisa di urutan pertama saat dicari. Plus, sumbang-saran dari si mesin menampilkan material kita.
Nah, ke "Sungai di Jakarta bersih karena Foke", yang menghasilkan return nama Ahok, bahkan sumbang-saran ke kata "Ahok". Itu sangat terasa sebagai hasil dari trik optimasi pencarian. Pasti ada yang membangun "skenario" di jagad internet, sehingga apabila diketik "Sungai di Jakarta bersih karena Foke" maka kata "Foke" akan disarankan menjadi kata "Ahok". Hasil carinya juga demikian.
Kuncinya, untaian kata (yang membentuk kalimat) "Sungai di Jakarta bersih karena Foke" itu harus utuh. Dengan demikian, saran dan hasil yang dimunculkan mesin Google adalah "Ahok". Cobalah ganti kata "Foke" dengan, sebagai contoh, Ridwan Kamil, atau Risma, atau Donald Trump, atau Vladimir Putin. Maka, kecil kemungkinan saran yang muncul mengarah ke kata "Ahok".
Lucunya, akibat dari "skenario" culas itu, apabila kata "Jakarta" kita ganti menjadi "Surabaya", atau "Bandung", atau "New York City", atau "London", maka saran dan hasil akan mengarah ke "Ahok". Luar biasa... Semua sungai di kota lain pun (jika kota itu ada sungainya), maka bersihnya sungai itu semua karena Ahok. Coba ganti kata "di Jakarta" menjadi nama sungai langsung. Maka, nama Ahok -lah yang muncul sebagai saran dan hasil. Sungai Nil, Yang Tze, Thames, Hudson, Gangga, bahkan Amazon, semuanya bersih karena Ahok. Culas, bukan?
Facebook : Canny Watae
loading...
0 Response to "Dan...Semua Sungai di Dunia yang Bersihkan AHOK"
Post a Comment