1 Tahun Pemerintahan Jokowi, Kabut Asap Semakin Pekat
Seakan-akan pemerintah tidak mampu untuk mengatasinya, atau karena kekurangan serius pemerintah?. Sangking pekatnya kebakaran hutan dan lahan di pulau sumatera dan kalimantan sudah tidak bisa di tembus oleh satelit Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiksa (BMKG). sehingga BMKG sudah tidak bisa mendeteksi titik api pada kebakaran itu.
Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua, titik api yang terpantau hanya di sejumlah provinsi saja. Yakni di Sumatera Selatan (Sumsel), Bangka Belitung, dan Lampung.
"Untuk Riau dan Jambi satelit tidak memantaunya karena pekatnya kabut asap. Satelitkan dilengkapi sensor, jadi karena pekatnya asap, sensor tersebut tidak bisa mendeteksi kebakaran di Riau," ucap Yudistira staf BMKG.
Saat ini kondisi asap di Riau sangat parah, jarak pandang hanya 100 meter. Sementara berdasarkan pantauan alat pendeteksi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukan polusi udara berada di level berbahaya.
Selain itu, berdasarkan arah mata angin, asap dari Pulau Sumatera masih terus mengarah kedua negara tetangga, yakni Singapura dan Malaysia, sehingga kedua negara terus menerima import asap dari INdonesia.
Karena di anggap tidak mampu mengatasi kabut asap, Pemerintah Malaysia dan singapura akan membantu INdonesia. Malaysia akan mengirimkan pesawat amfibia bombardir CL415MP
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei membenarkan jika penanganan kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah berjalan lambat. Hal itu dikarenakan kurangnya personel dan kondisi medan yang berat.
Dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Willem menegaskan bahwa kondisi kebakaran terparah sejauh ini terjadi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. dan banyaknya kabut asap karena banyaknya perusahaan yang terus membakar hutan karena sanksi yang tidak tegas.
loading...
0 Response to "1 Tahun Pemerintahan Jokowi, Kabut Asap Semakin Pekat"
Post a Comment