Mesir di Ambang Perlawanan Senjata

Secara resmi jamaah
Ikhwanul Muslimin menuduh dan meminta pertanggungjawaban presiden kudeta, Abdul
fattah As-Sisi, dalam kasus terbunuhnya 13 orang pimpinan Ikhwanul Muslimin tersebut
Ikhwanul Muslimin
mengeluarkan sebuah pernyataan, “Para pimpinan kami itu ditangkap dan ditahan
di sebuah rumah, kemudian mereka dibunuh dengan darah dingin tanpa ada
pemeriksaan, bahkan juga tanpa tuduhan. Dengan demikian, Mesir sudah menjadi
negara gang yang semuanya dilakukan di luar koridor hukum.”
Menurut Ikhwanul
Muslimin, aksi pembunuhan ini akan membawa Mesir kepada kondisi yang sangat
berbahaya. Masyarakat dunia turut bertanggung jawab karena telah membiarkan
terjadinya kudeta dan berkuasanya kembali militer untuk menggagalkan
berjalannya demokratisasi.
“Rezim kudeta telah
dengan sengaja menetapkan dirinya sebagai negara dengan undang-undang fasisme.
Pembantaian massal terhadap para penentang kudeta dengan mudah akan terjadi,
bahkan dilakukan terhadap orang-orang bersih di rumah-rumah mereka. Darah
mereka akan menjadi kutukan kepada para pembunuh,” demikian ancaman Ikhwanul
Muslimin.
Ikhwanul Muslimin
menjelaskan bahwa para korban yang dibunuh itu sama sekali tidak bersenjata. Di
antara korban adalah Naser Hame yang merupakan anggota parlemen dan seorang
pengacara. Saat ditangkap dan dibunuh, para korban sedang berkumpul untuk
membicarakan masalah penyantunan keluarga korban kudeta militer yang terbunuh
dan dipenjara.
Sementara itu,
departemen dalam negeri menyatakan telah berhasil menggrebek sebuah rumah yang
dijadikan sebagai markas para teroris di kota 6 Oktober. Penggrebekan dilakukan
dengan membawa surat ijin dari kejaksaan agung. Disebutkan bahwa para polisi
ditembaki saat mendekat ke rumah itu, itulah yang membuat para polisi membalas
dan meninggalnya semua yang berada di rumah.
Sumber: Al jazeera
loading...
0 Response to "Mesir di Ambang Perlawanan Senjata"
Post a Comment