Agar Tetap Romantis Mesra Saat Berpuasa, Ini Tipsnya !
SUARAMEDAN.com - Begitu elegan syariat Islam
memperlakukan manusia dengan sifat kemanusiaannya. Kita tidak dipaksa
menjadi malaikat dengan beribadah terus menerus. Tidak pula kita
dibiarkan tenggelam menjadi hewan yang sibuk makan dan bersetubuh saja.
Begitu pula dalam Ramadhan. Puasa tidak lantas menutup semua celah
bagi suami istri untuk saling berbagi rindu. Ada malam-malam Ramadhan
yang bisa menjadi saksi mesra dan gairah antara suami istri. Ini bukan
sekedar halal namun juga sebuah pengakuan. Pengakuan atas sisi
kemanusiaan kita yaitu nafsu. Sebuah ayat menyatakan dengan penuh
sindiran tentang hal ini.
“ Dihalalkan bagi kamu pada malam
hari bulan Ramadhan bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka itu
adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan nafsumu. Karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu … “ (QS Al-Baqarah : 187)
Serangkaian kemesraan pada malam hari Ramadhan begitu indah
digambarkan: suami istri menjadi pakaian bagi yang lainnya. Bahasa
sederhananya adalah saling menutupi, saling melindungi, dan akhirnya
saling memberi ketenangan. Puncak aktifitas mesra pada malam Ramadhan
–tentu saja – adalah jimak. Halal. Pembahasan tentang jimak sudah kita
bahas sebelumnya, dan rasa-rasanya tidak terlalu jauh berbeda antara
Jimak di malam Ramadhan dan yang selainnya. Karenanya kita akan lebih
konsen pada kemesraan-kemesraan yang mungkin tercipta di siang hari
Ramadhan. Mungkinkah ?
Alhamdulillah. Menjaga mesra di siang Ramadhan dengan penuh elegan
sudah sejak lama dicontohkan. Beliaulah –SAW- yang senantiasa
proporsional dalam setiap aktifitasnya. Bahkan kemesraan-kemesraan yang
beliau ciptakan sama sekali tidak mengganggu kekhusyukan. Lebih jauh
lagi, tidak membatalkan puasanya. Mari kita belajar mesra dari qudwah
dan junjungan kita.
Apa saja prestasi mesra beliau di bulan puasa.
1. Tetap Mesra di Malam Ramadhan
Dari Abu Bakr bin Abdurrahman, Ummu Salamah berkata : Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pernah bangun pagi dalam keadaan junub
karena bersetubuh, bukan karena mimpi. Namun beliau tidak berbuka dan
tidak mengqadha (mengganti) puasanya “. (HR Muslim (III/138)
Begitulah Rasulullah SAW sebagai pedoman. Malam Ramadhan bukan berarti
menjauh dari istri atas nama kekhusuyukan. Mengingkari sebuah kebutuhan
yang telah dihalalkan. Jadikan malam Ramadhan penuh kenangan yang
beragam. Kenangan dalam ibadah juga kenangan dalam berlabuh mesra
bersama pasangan. Tinggal pandai-pandai memanajen waktu yang ada.
Antara habis tarawih dan sebelum sahur. Agar di siang hari syahwat kita
tidak terlunta-lunta.
2. Tetap Mencium mesra saat berpuasa
Dari Aisyah ra, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam
mencium dan memeluk (istrinya) padahal beliau sedang berpuasa dan beliau
adalah orang yang paling dapat mengendalikan nafsu seksualnya diantara
kamu } HR Bukhori (V/51) dan Muslim (III/135)
Ternyata siang hari Ramadhan tidak selalu diliputi kehausan. Bagi
sebagian pemburu mesra waktu apapun akan dijadikan ladang pahala mesra.
Apalagi jika Rasulullah SAW telah mencontohkan. Seolah mengisyaratkan
bahwa beliau sangat paham, bahwa ada sebagian umatnya yang juga tetap
romantis di saat puasa.
Mencium mesra saat dahaga melanda adalah bagai guyuran air hujan yang
sejuk dari langit sana. Mencium mesra saat puasa memang membutuhkan
manajemen potensi syahwat yang ketat dan luar biasa. Sekali saja
tergelincir penyesalan menjadi tiada guna. Karenanya, berlatihlah
mencium untuk menghias mesra saja, tanpa perlu syahwat ikut bergelora.
Ciuman sayang, ciuman kasih, banyak yang bisa kita lakukan selain
ciuman syahwati. Seperti ketika sang suami pulang dan mendapati
istrinya tidur. Lalu ia mencium kening istrinya dengan pelan agar tak
terjaga. Inilah ciuman mesra yang penuh kasih. Tak ada campur tangan
syahwat dan gairah.
Jika Anda ingin lebih dari sekedar mencium. Pastikan bahwa rambu-rambu
batasan harus telah jelas terpancang. Pastikan pula bahwa agenda ibadah
dan kekhusyukan jangan sampai hilang tanpa kesan. Jika mau bersabar,
setelah maghrib episode mesra akan lebih berkesan insya Allah.
3. Tetap Mesra Saat I'tikaf
I'tikaf adalah aktifitas berdiam diri di dalam masjid, memenuhi
waktu-waktunya untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Dilihat
dari artinya, maka itikaf seolah tidak menyisakan celah bagi kita untuk
romantis. Apalagi isyarat ini dikuatkan dengan antisipasi awal dalam
Al Quran, dimana Allah SWT berfirman : " Janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya " ( QS Al-Baqarah : 187 ). Walhasil,
lengkap sudah alasan bagi kita untuk sejenak menutup pintu romantis
lalu menata konsentrasi kita untuk lebih utuh dalam mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Namun uniknya, kenyataan siroh yang indah mencatat banyak hal romantis
yang dilakukan Rasullah SAW bersama istri-istri beliau, sekalipun dalam
masa itikaf. Sekali lagi ini bukti keselarasan syariah Islam dengan
para perindu romantis sepanjang masa. Ia tidak menutup satu pintu
romantis kecuali membuka pintu-pintu yang lainnya. Inilah
peluang-peluang yang harus utuh terbaca oleh setiap pemburu romantis.
Dari Aisyah ra, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW ketika sedang
beri'tikaf, beliau menjulurkan kepalanya kepadaku, lalu aku menyisir
(rambut)nya, dan beliau tidak masuk ke rumah kecuali untuk sebuah
keperluan " ( HR Bukhori 1889 , Muwatho' (605), Muslim (445), Abu Daud
(2111) Tirmidzi (733)
Dari Shafiyyah binti Huyay, Ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam melakukan itikaf, pada suatu malam aku datang mengunjunginya,
lalu saya berbicara dengan beliau, kemudian saya berdiri untuk pulang.
Beliau pun berdiri bersamaku untuk mengantarkan aku pulang, sedangkan
tempat tinggalnya saat itu di kampung Usamah bin Zaid ( HR Bukhari dan
Muslim dan Abu Daud )
Duh romantisnya ketika sedang itikaf, sang istri datang dan ikut
merawat suaminya. Membersihkan wajah, menata rambut atau sekedar
menyemprotkan minyak wangi misalnya. Mencari tempat yang tidak membuat
pandangan para mu'takifin terlena meski sebentar. Ada pula peluang lain
yang tak kalah berpahala ; menyiapkan logistik sang suami saat itikaf.
Pastikan dia yang tercinta tak kelaparan saat tak bermalam dengannya.
Makanan kesukaannya pasti sudah sama-sama hafal diluar kepala, apalagi
saat ditambah bumbu rindu, maka semoga ini menambah semangat sang suami
dan kekuatannya dalam memburu kemuliaan seribu bulan.
Dan pada akhirnya, langkah -langkah sang suami dalam mengantar
kepulangan istri ke rumahnya, bisa berubah menjadi investasi pahala
yang tak kalah menarik dengan aktifitasnya di dalam masjid. Jika bukan
diniatkan mengikuti sunnah, apa lagi ? Seperti Ibnu Umar yang sangat
idealis dalam meniru setiap gerak-gerik rasulullah SAW. Atas dasar
kecintaan yang abadi.
Sumber : indonesiaoptimis.com
loading...
0 Response to "Agar Tetap Romantis Mesra Saat Berpuasa, Ini Tipsnya !"
Post a Comment