Ahok : Pancasila Sebanding Dengan Kitab Suci Nabi - Nabi

SUARAMEDAN.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memandang tak ada negara dengan kehebatan sebanding dengan Indonesia. Kedahsyatan Indonesia, menurutnya, tercermin dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara.

Ahok –sapaan Basuki– menyatakan Pancasila amat lengkap karena mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan sesama manusia. Ahok mengatakan hal ini dalam rangka Hari Kelahiran Pancasila yang jatuh hari ini, Senin (1/6).

Bagi Ahok, kesempurnaan Pancasila sebanding dengan kitab suci yang dibawa nabi-nabi ke bumi. Menurut sang Gubernur, sila pertama dan kelima Pancasila bahkan mirip isi Kitab Taurat yang disiarkan Nabi Musa ratusan tahun lalu. Sila pertama berbunyi Keadilan yang Maha Esa, sedangkan sila kelima ialah Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

“Dua (sila) itu seperti hukum Taurat dan mewakili kitab nabi. Bayangkan, sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa –semua orang Tuhannya satu, ini mengatur hubungan vertikal (manusia dengan Tuhan). Ditutup sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, ini horizontal (manusia dengan manusia). Jadi tidak ada yang sehebat kita," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta sebagaimana dimuat pada laman cnnindonesia.

'Ketuhanan yang Maha Esa' dalam Pancasila, kata Ahok, seharusnya dapat menjamin tidak adanya tindakan diskriminasi dan pelecehan berbasis suku, agama, atau ras di negara ini.

"Kalau kamu mengakui sila pertama, berarti semua orang ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Jadi kamu tidak boleh menginjak orang," kata Ahok.

Sementara sila kelima, menurut Ahok, menandakan sikap saling membantu harus dimiliki oleh tiap penduduk Indonesia selama hidupnya. "Kamu harus mengupayakan keadilan sosial bagi orang lain. Kamu harus mengupayakan juga kesejahteraan orang lain. Perlakukan manusia lain seperti dirimu sendiri," ujar Ahok.

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Kelahiran Pancasila di Indonesia. Hari lahirnya Pancasila ditentukan sejak Soekarno membacakan intisari dasar-dasar negara di hadapan sidang Badan Penyelidik Urusan Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 1 Juni 1945.