Orang Pintar Yang "Di Buang" Negeri Sendiri
Dari pada di negeri sendiri tidak di hargai, akhirnya banyak diantara mereka yang lebih memilih untuk bekerja di negara lain di banding di negeri sendiri. Siapa saja mereka?
Dr Warsito
Sepertinya Indonesia tidak membutuhkan orang hebat itulah kesimpulan yang kita dapat setelah mendengar bahwa karya inovasi Dr. Warsito tentang jaket anti kanker yang telah melanglang buana dan karyanya sudah digunakan oleh berbagai lembaga kaliber dunia seperti NASA-USA, kini harus menyesali keputusannya pulang ke Indonesia.
Karyanya ditolak oleh Kemenkes yang seharusnya melindunginya. Sebuah anomali, ketika Kemenritek DIKTI sedang memacu para peneliti Indonesia agar berani tampil di pentas dunia dengan membawa nama Indonesia.
Sudah banyak orang-orang hebat Indonesia yang akhirnya lebih memilih berkiprah di luar negeri, karena tidak dihargai di dalam negerinya sendiri, berikut nama-nama ilmuwan yang menjadi rebutan dunia selain Dr. Warsito
Prof. Dr. Irwandi Jaswir
Irwandi Jaswir lahir di Medan pada 20 Desember 1970 namun dibesarkan di kampung halamannya di Bukittingi, Sumatera Barat. Setelah menuntaskan studinya di SMAN I Bukittinggi. Irwandi meneruskan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB) lewat jalur mahasiswa undangan. Menyelesaikan program studi Teknologi Pangan dan Gizi pada awal 1994, Irwandi kemudian mendapat beasiswa pemerintah Malaysia untuk melanjutkan pendidikan S-2 di Universiti Pertanian Malaysia (UPM) tahun 1994-1999 pada bidang Kimia dan Biokimia Pangan.
Pada tahun 1997, mantan Sekjen dan Presiden PPI se-Malaysia ini berkesempatan melanjutkan pendidikan doktoral pada bidang yang sama di UPM dan University of British Columbia, Kanada (1997-2000) dengan fasilitas beasiswa hasil kerjasama pemerintah Malaysia dan Kanada Ayah tiga orang anak ini memulai karir di Department of Biotechnology, International Islamic University Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur pada 2001 sebagai Assistant Professor.
Irwandi pernah menjabat sebagai Head Department dan Deputy Dean (Student Affairs) di kampusnya, pemilik puluhan artikel ilmiah di jurnal luar negeri ini meraih gelar Associate Professor pada 2004, tahun dimana dia juga berhasil menyelesaikan pendidikan Diploma dalam bidang Islamic Revealed Knowledge di IIUM. Kini Irwandi menjadi peneliti tamu di National Food Research Institute (NFRI), Tsukuba, Jepang pada bidang Bioteknologi Pangan hingga 2008.
Ayah tiga anak yang beristrikan seorang dokter gigi ini telah menerima 23 anugerah sains di tingkat lokal dan internasional, termasuk medali emas di Geneva pada 2006 atas inovasinya dalam metode pendeteksian lemak babi. Dia memiliki catatan 40 karya ilmiah di jurnal internasional serta 60 karya ilmiah di konferensi internasional. Belum lagi puluhan artikel ilmiah populernya di berbagai media massa, serta lima artikel bab buku (book chapter) di buku ilmiah internasional.
Di antara anugerah ilmiah yang pernah diraih urang awak yang juga penulis tetap Tabloid Bola ini adalah:
Medali Emas (Project: Rapid Method for Detection of Non-halal Substances in Food) dan Perak (Project: Novel Rapid Analytical Techniques for fats and oils industry Novel Rapid Analytical Techniques for fats and oils industry) pada The 34th International Exhibition of Inventions, New Techniques and Products of Geneva, 5-9 April 2006;
Medali Perak pada 16th International Invention Innovation Industrial Design & Technology Exhibition 2005 (ITEX 2005), Kuala Lumpur;
Peneliti Terbaik International Islamic University Malaysia (IIUM) 2004; serta
Nominee 2006 Selangor Young Scientist Award di Malaysia.
Tahun ini ada 150 pencalonan dari 23 negara di Asia Pasifik dalam tiga kategori, yaitu bisnis, pertanian dan sumber daya alam, serta teknologi dan engineering. Irwandi berkompetisi di bidang pertanian dan sumber daya alam.
Ahli produk halal dunia yang memilih berkiprah di Malaysia
Prof. Dr. Ken Soetanto
Dr Soetanto adalah pakar yang memegang empat gelar doktor dalam disiplin ilmu yang terpisah (Rekayasa, Kedokteran, Farmasi Sains dan Pendidikan), dan penelitian pada latar belakang yaitu bidang interdisipliner dari bidang kempat ini. Ia telah mempublikasikan secara luas di beberapa bidang, terutama psikologi, pendidikan, pedagogi, mekanisme motivasi, obat-obatan, DDS, pengukuran dan peralatan, serta rekayasa biomedis.
Metode perkuliahannya unik dan sangat memotivasi, telah banyak didokumentasikan di Jepang dan lebih jauh sebagai 'Soetanto Metode' dan 'Soetanto Efek'.
Dia adalah anggota fellow dari Society Akustik of America, dan The American Institute of Ultrasound Kedokteran, serta anggota senior IEEE, dan telah menjabat sebagai penasihat pemerintah untuk Jepang Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri, dan sebagai anggota dari Visi Pemerintah Jepang inisiatif abad ke-21
Arek Suroboyo yang merupakan Ahli Pembangunan ini memilih berkiprah di Jepang dan Amerika
Prof. Dr. Nelson Tansu
ketika usianya menginjak 26 tahun, Nelson tercatat sebagai profesor termuda di universitas bergengsi wilayah East Coast, Negeri Paman Sam, itu. Sebagai dosen muda, para mahasiswa dan bimbingannya justru rata-rata sudah berumur. Sebab, dia mengajar tingkat master (S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral.
Prestasi dan reputasi Nelson cukup berkibar di kalangan akademisi AS. Puluhan hasil risetnya dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional. Dia sering diundang menjadi pembicara utama dan penceramah di berbagai seminar. Paling sering terutama menjadi pembicara dalam pertemuan-pertemuan intelektual, konferensi, dan seminar di Washington DC. Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS. Bahkan, dia sering pergi ke mancanegara seperti Kanada, sejumlah negara di Eropa, dan Asia.
Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bukan main. Kedua buku tersebut merupakan buku teks (buku wajib pegangan, Red) bagi mahasiswa S-1 di Negeri Paman Sam.
Ahli nanoteknologi ini merupakan Profesor termuda di Amerika Serikat dan hingga kini memilih berkiprah di Amerika Serikat
Dr. Yogi Erlangga
Kelahiran Tasikmalaya yang sukses memecahkan Persamaan Helmholtz ini lebih mmeilih berkiprah di Eropa dan Timur Tengah. Penemuannya sangat berguna bagi industri perminyakan.
Dr. Josaphat Tetuko
Ahli radar dan drone ini pernah berkiprah di Indonesia setamat dari Jepang. Karena tidak ada penghargaan terhadap karya-karyanya, akhirnya Dr. Josaphat Tetuko memilih kembali ke Jepang.
Masih banyak lagi orang-orang hebat yang karya-karyanya diakui oleh dunia namu
loading...
0 Response to "Orang Pintar Yang "Di Buang" Negeri Sendiri"
Post a Comment